Kedatangan saya ke Jogjakarta kali ini adalah dalam rangka ingin melihat perayaan Waisak. Ini merupakan hari ke-3 saya disini, dan hari ini rencananya saya bersama teman saya mau mengunjungi Puncak Suroloyo, yang membuat saya rela bangun jam 4 pagi adalah kabarnya dari sana bisa mengambil foto Candi Borobudur dari ketinggian dan sekaligus bisa mendapatkan foto sunrise yang sangat cantik. Kami berangkat jam 5 pagi menuju Desa Gerbosari di Kulon Progo. Menurut Pak Hendi yang menemani saya dan teman saya pagi ini, perjalanan menuju Puncak Suroloyo memakan waktu sekitar 30 menit dari daerah Malioboro. Perjalan cukup santai, seingat saya di pertigaan Bendo kami belok kiri, tidak lama kemudian jalan yang kami lewati sudah mulai menanjak, dan kabut menyelimuti pagi yang magis itu Sang surya belum menampakkan diri, namun sirnya sudah mulai menerangi bumi secara perlahan, ada yang aneh pada pagi hari ini saya merinding menyaksikan bulan berwarna putih berdiam diri seakan-akan sedang bersiap menyambut Matahari yang akan muncul. Berhubung rasanya sudah tidak mungkin mengejar foto sunrise dan mata juga masih sedikit mengantuk kami meminta Pak Hendi untuk berhenti dahulu apabila menemukan warung kopi. Tidak lama kemudian kami menemukan warung kecil, syukur Ibu yang punya warung sudah bangun dan kami memesan segelas kopi sambil duduk diruang tamu pemilik warung. Setelah cukup beristirahat dan menghabiskan secangkir kopi kami melanjutkan perjalanan, 15 menit jarak tempuh akhirnya kami sampai di kaki Puncak Suroloyo. Keadaan pagi itu sangat sepi dan sepertinya kami adalah pengunjung pertama pagi ini, bahkan penjaga pun tidak terlihat batang hidungnya. Pak Hendi menunggu dimobil, sebelum saya dan teman saya menaiki anak tangga, kami dibekali sedikit informasi oleh beliau yaitu untuk mencapai Puncak Suroloyo kami perlu melewati 189 anak tangga dan beliau meminta kami untuk berhati-hati, tanpa kami sadari tiba-tiba penjaga muncul dan memberitahukan untuk membayar tiket Rp 2.000/orang. info dari penjaga, ternyata ada tiga gardu pandang yang dapat dinaiki, namun yang menjadi tujuan kami ini adalah gardu pandang Suroloyo. Sesuai nasehat dari Pak Hendi kami pun jalan pelan-pelan dan hati-hati sambil mencoba menghitung jumlah anak tangga yang kami lewati, begitu menaiki anak tangga yang cukup terjal kami sudah lupa karena fokus mengatur pernafasan agar tidak cepat lelah. Perjalanan kami diselimuti kabut yang menimbulkan perasaan aneh terutama buat saya pagi itu, selintas waktu saya seperti dibawa mundur kemasa silam, suasana mistis semakin terasa ketika akhirnya kami menginjakkan kaki di puncak yang disambul oleh sebuah Joglo yang pintu masuknya dijaga oleh sebuah arca dengan latar belakang kabut tebal. Menurut Pak Hendi pada malam satu suro ditempat ini biasanya ada ritual jamasan pusaka Kraton. Hamparan kabut tebal terbentang didepan kami, seketika pupus harapan saya bisa mendapatkan foto Borobudur karena kabut tidak kunjung hilang. Dari kejauhan kami bisa melihat puncak empat gunung yang saling berdampingan yaitu Merapi, Merbabu, Sumbing dan Sindoro. Ada yang menarik perhatian saya, sepanjang perjalanan mulai dari anak tangga dasar sampai ke puncak terdapat ornamen Semar Badranaya seolah-olah memperhatikan gerak-gerik kami. Hari sudah semakin siang, kamipun turun, dan dibawah kami bertemu dengan rombongan bis yang membawa pelajar SMP untuk berwisata ke Puncak Suroloyo. Saya bersyukur datang pagi-pagi sekali, tidak terbayang seperti apa keramaian dan berdesak-desakan di anak tangga dan di puncak apabila datang lebih siang lagi. Sepanjang perjalanan kembali menuju kejalan utama, kami berhenti beberapa kali untuk menyapa dan berbincang-bincang dengan siapapun yang kami temui, sapaan kami disambut dengan hangat dan ramah. Sungguh suasana yang menyenangkan memulai hari ini. Tips
** All photos and content are taken and written by Linda Umar and are property of Indonesia in Diversity unless otherwise specified. Please respect web etiquette and properly credit any photos or content you would like to use, or better yet, contact me first.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorI'm in love with Indonesian cultures and traditions. This blog is to inspires you to travel throughout Indonesia and help you understand Indonesia better. Archives
September 2014
Categories
All
I'm here!https://www.instagram.com/lindashoot/
|