Akhirnya kembali ke Jogja, kali ini tujuan saya adalah ingin melihat perayaan Waisak yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Namun tanpa ada perayaan Waisak pun, buat saya Jogjakarta sudah seperti rumah kedua. Berawal pada tahun 2008 ketika saya menemukan satu tempat yang membuat saya ingin selalu kembali ke Jogja khususnya ke restoran Beukenhouf yang terletak di Kaliurang. Sebelum masuk ke lokasi restoran, terdapat sebuah Museum batik namanya Ullen Sentalu. Sebagai pencinta kain nusantara, hari ini saya mengajak teman yang tinggal di Jogja untuk melihat-lihat kedalam museum sebelum mengunjungi restoran. Kami menuju museum dengan menggunakan kendaraan pribadi teman saya, perjalanan memakan waktu 30-45 menit malalui jalan Kaliurang. Sesampainya di lokasi kami memarkir kendaraan di area yang telah disediakan yaitu halaman depan kompleks museum, tidak ada biaya parkir disini, tidak seperti di Jakarta. Museum Ullen Sentalu buka mulai dari jam 09.00 – 16.00 setiap hari Selasa – Minggu. Untuk masuk kedalam Museum pengunjung akan dipungut biaya Rp 25.000/orang, harga berbeda untuk turis mancanegara. Museum yang bertujuan untuk mengenalkan kejayaan KerajaanYogyakarta dan Solo ini sempat ditutup selama dua bulan akibat letusan gunung Merapi yang menyisakan pasir tebal yang menutupi areal bangunan. Setelah memasuki pintu museum kami dihadapkan dengan ruangan bawah tanah yang berbentuk lorong, namun lorong berdinding batu ini terdapat penerangan yang cukup. Ternyata selain batik, disepanjang perjalanan anda akan menemukan bermacam gamelan, lukisan dan foto-foto para bangsawan keraton serta penari-penari keraton. Pemandu menceritakan sejarah dari setiap koleksi yang terdapat didalam lorong ini. Kemudian kami dibawa ke ruangan Balai Sekar Kedaton, didalam ruangan ini berisi surat-surat antara Gusti Tineke dengan para sahabatnya. Ruang berikutnya berisi lukisan-lukisan pengantin dari Kesultanan Jogjakarta, nah ruang berikutnya yang menarik perhatian saya, dimana banyak koleksi batik dengan berbagai macam motif, mulai dari motif sido mulyo, sido luhur, sido drajat dll. Kami berada cukup lama didalam ruangan ini karena mendengarkan pemandu menerangkan arti dari setiap motif yang ada, dan ada satu motif namanya motif truntum, kain dengan motif ini tidak boleh digunakan untuk menutupi mayit, katanya mayit akan menghantui apabila dilanggar. Dan terakhir ada satu ruangan khusus dipersembahkan untuk Gusti Nurul, yang saya ingat cerita mengenai beliau adalah beliau menolak pinangan Presiden Seoekarno karena tidak mau dipoligami. Terakhir sebelum keluar dari Museum, kami disuguhi dengan minuman yang terbuat dari campuran jahe, daun pandan, kayu manis dan gula jawa ditambahkan dengan garam. Menurut pemandu, minuman ini dapat membuat awet muda. Seperti yang saya sampaikan didepan, karena tidak diperbolehkan memotret, semua kami rekam dalam hati. Tidak terlalu banyak yang benar-benar saya pahami didalam masa tur 50 menit tersebut, karena sedikitnya pengetahuan saya tentang Kesultanan Jogjakarta dan Solo. Selanjutnya melalui pintu belakang kami meninggalkan museum dan masuk ke pekarangan restoran Beukenhouf. Beukenhouf RestaurantSebenarnya ada pintu lain masuk ke pekarangan restoran, yaitu anda melewati halaman depan museum, kemudian memutar ke samping dan anda akan menemukan pintu gerbang dengan demikian anda bisa kesini tanpa harus masuk museum. Beukenhouf artinya kuburan tapi tempatnya jauh dari kesan seram, ada yang berbeda dengan halaman depan restoran ini, tahun 2008 saya kesini terdapat sebuah patung Dewi Sri yang sekarang sudah tidak ada. Apa yang istimewa dengan restoran ini? Yang pasti bukan makanannya, karena lidah saya kental dengan masakan asli Indonesia, sementara makanan yang ada disini jauh dari lidah saya lebih ke western berupa pasta dan steak. tapi saya masih bisa makan disini, bukan berarti tidak sama sekali. Suasananya, itulah yang membuat saya jatuh cinta dengan tempat ini. Restoran dengan interior jaman kolonial Belanda ini tepat untuk dikunjungi pada jam 4 sore, pada jam tersebut kabut mulai datang dan menyelimuti halaman depan restoran, ini juga salah satu yang membuat saya selalu ingin kembali kesini, Shop Dibagian bawah restoran terdapat toko batik yang menjual koleksi baju-baju serta pernak-pernik kecil sebagai oleh-oleh. Batik yang dijual disini bisa dibilang harganya premium, namun design bajunya juga tidak sembarangan terutama untuk gaun-gaunnya yang bisa dibawa untuk menghadir undangan pernikahan maupun acara formal dinner. how to get there?
sumber: Museum Ullen Sentalu Alamat Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta Menuju Museum Museum Ullen Sentalu terletak di area Taman Wisata Kaliurang, 25 km utara pusat kota Yogyakarta. Dengan Kendaraan Pribadi
Parkir
** All photos and content are taken and written by Linda Umar and are property of Indonesia in Diversity unless otherwise specified. Please respect web etiquette and properly credit any photos or content you would like to use, or better yet, contact me first.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorI'm in love with Indonesian cultures and traditions. This blog is to inspires you to travel throughout Indonesia and help you understand Indonesia better. Archives
September 2014
Categories
All
I'm here!https://www.instagram.com/lindashoot/
|