Tahun ini kantor saya memutuskan untuk melakukan Annaual Meeting di Belitung/Belitong, Bumi Laskar Pelangi. Ketika memutuskan memilih sebuah kota untuk melakukan meeting, kantor kami memilih tema sesuai ciri khas/history kota yang akan didatangi, sekaligus melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) yang bermanfaat bagi daerah tersebut. Pada Annual meeting kali ini, CSR yang akan kami lakukan adalah membersihkan pantai Tanjung Tinggi lokasi syuting film Laskar Pelangi beserta dengan adik-adik Pramuka setempat. Saya selalu terlibat sebagai tim inti dalam melakukan persiapan untuk akomodasi, transportasi sampai itinerary pelaksanaanannual meeting, bedanya tahun ini saya tidak melakukan persiapan secara keseluruhan karena dibagi dengan divisi General Affairs. Sebagai tim Advance, saya dan beberapa teman yang ditunjuk berangkat duluan ke lokasi pelaksanaan Annual Meeting. Menuju Belitong (penyebutan Belitung oleh masyarakat setempat) Kami menggunakan maskapai Sriwijaya menuju bandar udara H. AS. Hanandjoedin, Tanjung Pandan. Ada banyak pilihan maskapai serta fleksibelnya pilihan waktu untuk menuju kesana. Semenjak pemutaran film Laskar Pelangi tiga tahun lalu, jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara meningkat.Hari ini cerah, penerbangan memakan waktu 55 menit dari Soekarno Hatta. Setelah mendarat dan berfoto-foto didepan sign board bandara, kami langsung mengambil bagasi dan transfer ke hotel Grand Pelangi oleh tur lokal. Hotel Grand Pelangi merupakan hotel baru, dan cukup bagus untuk menjadi pilihan menginap selama di Belitong. Wisata Kuliner di Belitong Kemudian kami langsung sarapan di Mie Atep yang kabarnya cukup terkenal di pusat pasar kota Tanjungpandan. Mie disajikan dengan beralaskan daun. Kuah kari udang dicampur dengan mie, tauge dan irisan tahu goreng serta cabe rawit yang ditumbuk khas Belitong menggugah selera. Dan jangan lupa memesan es jeruk kunci, katanya ini teman yang pas untuk makan mie Atep. Puas menikmati Mie Atep, kami kembali ke hotel dan mempersiapkan semua kebutuhan selama pelaksanaan meeting, tidak terasa waktu sudah menjelang malam. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, kamipun memutuskan makan malam di Mie dan Suto Belitung. Yang menarik di Belitung adalah makanannya enak dan banyak pilihan. Jangan khawatir dengan masalah makanan disini, dijamin pasti suka. Dan yang tidak bisa saya lupakan adalah warung kopi Ake, tempatnya rumah tionghoa tua dengan semua perabotannya yang masih asli, ada ceret keramik, dan juga ketel untuk memasak air di tungku arang dan saringn kopi yang khas. Menurut pemilik, warung ini sudah dijalankan oleh tiga generasi. Duduk sambil menikmati kopi disana rasanya seperti dibawa kembali kepada jaman masa lalu. Yang pasti saya betah duduk dan ngobrol berlama-lama disini. CSR di Tanjung Tinggi Kemarin seharian Annual Meeting telah selesai dilaksanakan, oh iya, ketika para peserta datang kami sambut dengan peniupan terompet fufuzela, karena tema meeting kali ini adalah Olimpiade, dan semua peserta datang mengenakan jersey olah raga sesuai dengan grup yang telah ditentukan. Pagi ini setelah sarapan, jam 8 pagi kami semua semua sudah berkumpul di pantai Tanjung Tinggi untuk melakukan kegiatan pembersihan pantai yang dipenuhi dengan sampah bersama dengan anggota pramuka Belitong. Kegiatan membersihkan pantai hari itu berjalan lancar dan kami dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil berbaur dengan adik-adik Pramuka. Ada kepuasan tersendiri melihat pantai sudah bersih terutama dari plastik-plastik yang membutuhkan waktu sangat lama untuk dapat terurai. Kegiatan pembersihan pantai selesai, dan kami membagikan “kenang-kenangan pribadi” untuk adik-adik Pramuka yang telah berbagi waktu dengan kami hari ini. Kami semua membubuhkan tanda tangan dan pesan-pesan singkat di wall yang telah kami sediakan untuk kemajuan dan keindahan yang ada di Belitong agar tetap terjaga. Selanjutnya kami menuju Bukit Berahu untuk makan siang. Karena kegiatan CSR dan juga hari yang sangat panas, rasa lapar tidak terbendung lagi, begitu sampai di restoran kami semua makan dengan lahapnya, tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan hidangan yang disediakan. Selesai makan, sebagian istirahat dan sholat. Pemandangan dari restoran di Bukit Berahu sangat indah. Bertemu para Laskar Belitong dan Ibu Muslimah Panas semakin menyengat, air conditioner dalam mobil Elf yang membawa kami seakan tidak berdaya melawan hawa panas dalam perjalanan kami menuju Gantong tempat kisah nyata Laskar Pelangi di-filmkan. Melihat wajah para bos saya yang tidak sabaran dengan hawa panas ini, membuat saya was-was dalam hati takut beliau-beliau memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan, kenapa saya was-was? Karena kami telah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuk teman-teman semua. Akhirnya kami sampai di Gantong, semua turun dari mobil namun tidak terlalu antusias untuk mendekat ke bangunan sekolah yang berada di tengah padang, sambil mengarahkan pelan-pelan semua mendekat dan ketika salah satu bos membuka pintu sekolah tersebut, beliau terdiam dan berurai air mata, karena didalamnya sedang duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing para pemarin laskar pelangi beserta Ibu Muslimah asli yang duduk di depan seakan-akan sedang mengajar. Tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata, namun saya bisa merasakan semua teman-teman sangat gembira dan ada perasaan tertentu yang menghinggapi kami ketika berinteraksi langsung dan berfoto-foto dengan para pemeran Laskar Pelangi yang ramah-ramah. Saya dan teman-teman yang menyiapkan kejutan ini sangat puas karena semua berjalan mulus, hawa panas sudah tidak dirasakan lagi, bahkan kami semua ikut menari-nari dengan para pemeran Laskar Pelangi dan juga bercakap-cakap dengan Ibu Muslimah. Sampai kemarin kami masih pesimis ini bisa dilakukan, mengingat para pemain Laskar Pelangi ini baru kembali dari Jakarta setelah mengambil peran dalam pertunjukan drama musikal Laskar Pelangi di Taman Ismail Jakarta. Tidak habis sampai disini, kami semua lanjut ke lokasi SD Muhammadiyah yang asli, dan kemudian pindah tengah padang diseberah sekolah menyaksikan pertunjukan kecil oleh teman-teman baru kami ini. Sungguh hari yang menyenangkan sekaligus mengharukan. Sore hari kami tutup dengan mengunjungi Museum Kata Andrea Hirata, disini kami menyumbangkan buku yang telah kami siapkan dari Jakarta untuk menambah koleksi Museum Kata. Semoga bermanfaat bagi teman-teman di Belitong. Pulau Lengkuas yang Memukau Ini adalah hari terakhir kami di Belitong. Kami terbagi menjadi dua grup, ada yang berangkat lebih awal kembali ke Jakarta, dan sebagian grup lagi melakukan perjalanan ke Pulau Lengkuas. Untuk menuju pulau ini kami menaiki perahu nelayan dari Tanjung Kelayang. Waktu tempuh sekitar 20 menit. Hari sangat cerah, ombak dan arus laut juga aman untuk melakukan pengarungan. Dalam perjalanan kami melihat Pulau Burung, kenapa didanaman demikian? karena ada sebuah batu granit raksasa yang berentuk seperti kepala burung, namun ini tidak menjadi tujuan kami. Dari kejauhan kami bisa melihat Mercusuar yang berdiri gagah ditengah pulau Lengkuas dengan dikelilingi batu-batu granit raksasa. Menurut guide yang membawa kami, Mercusuar ini merupakan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1882. Walaupun telah berusia lebih dari 100 tahun, bangunan ini masih berdiri kokoh dan lingkungan yang juga sangat terawat. Begitu perahu mendarat dipinggir pantai yang putih bersih, kami turun dan berpencar dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang langsung menempati ayunan yang tersedia di halaman Mercusuar, dan sebagian dari kami memutuskan untuk naik ke puncak Mercusuar dengan melewati 12 tangga. Agak sedikit melelahkan, namun begitu mencapai puncak mersuar semua kepenatan dan kelelahan terbayar dengan pemandangan yang indah luar biasa. Teman-teman kami yang berada dibawah kelihatan sangat kecil diantara pasir putih dan pohon-pohon yang menaungi pulau. Tumpukan batu granit serta pulau-pulau kecil terlihat dari kejauhan dengan perpaduan air laut biru menyajikan pemandangan yang sangat indah. Didukung dengan cuaca yang cerah sangat sempurna untuk mengabadikan momen hari itu melalui gambar. Pastikan anda kesini menjelang siang untuk mendapatkan gambar yang bagus. Yang tinggal di pulau ini hanya para penjaga Mercusuar saja. Jadi pastikan anda membawa makanan dan minuman secukupnya. Tidak ada fasilitas apa-apa namun yang terdapat fasilitas kamar mandi. Setelah puas mengambil gambar dan beristirahat kami kembali ke Tanjung Kelayang. Sesampainya di Tanjung Kelayang kami mampir dulu di Warung Kopi Ake menghabiskan waktu sebelum akhirnya kembali ke Bandara dan menuju Jakarta. Saya masih ingin kembali ke Belitong, karena masih banyak tempat-tempat indah yang belum saya kunjungi. Bagi anda pencinta photography dan wisata kuliner Belitong sangat saya rekomendasikan. Ayo ke Belitong! Tips
** All photos and content are taken and written by Linda Umar and are property of Indonesia in Diversity unless otherwise specified. Please respect web etiquette and properly credit any photos or content you would like to use, or better yet, contact me first.
3 Comments
Rene
10/10/2014 12:20:27 am
Kerennn....... Jadi pengen kesana ;)
Reply
JHL
10/10/2014 01:13:47 am
Ayooo kesana lagi pasti lebih seru dengan saya:):)
Reply
Linda Umar
10/10/2014 07:30:12 pm
Hahaha.... ikooooood
Reply
Leave a Reply. |
AuthorI'm in love with Indonesian cultures and traditions. This blog is to inspires you to travel throughout Indonesia and help you understand Indonesia better. Archives
September 2014
Categories
All
I'm here!https://www.instagram.com/lindashoot/
|